Mie keriting? ada
Mie yang berwarna-warni? ada
Mie warna hitam? ada
Mie Ombre? hmm ada tidak ya?
Sebenarnya tulisan saya kali ini tidak ada hubungannya dengan mie ombre haha sesuai judul tulisan ini saya akan membahas tentang Mie Sengketa yang ada di Universitas Indonesia - Depok. Bermula pada setiap saya melintasi parkiran mobil yang ada diantara Gedung X dan Gedung Pusat Studi Jepang di Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Indonesia (FIB UI), di sana saya melihat 1 tempat dengan gerobak yang cukup menarik, bagaimana tidak menarik perhatian melihat tempat itu satu-satunya yang berjualan makanan dan dikelilingi banyak orang yang mengantri untuk membeli yang saya amati setiap saya lewat.
Pertama kali saya pikir "aah mungkin memang sedang ramai saja", namun kesekian kali, saya mulai bingung lah kok ramai terus ini penjual??, kemudian saya memberikan kesimpulan "aah mungkin karena tempat makan satu-satunya, kalau ketempat lain kan rada jauh", kemudian di suatu hari seseorang bertanya pada saya dan teman-teman saya yang lain apakah pernah mencoba mie sengketa yang ada di depan Gedung X. Oh! jadi namanya mie sengketa, dan kemudian orang tersebut menjelaskkan mengapa mie tersebut diberi nama demikian. Namun saya tidak bisa beritahu kepada kalian karena berdasarkan hasil penelusuran saya ternyata terdapat beberapa versi cerita dan
kalian dapat membacanya di sini TAPI nanti ya setelah kamu membaca tulisan artikel ini sampai selesai hehe.
kalian dapat membacanya di sini TAPI nanti ya setelah kamu membaca tulisan artikel ini sampai selesai hehe.
Setelah mengetahui cerita dibalik mie ayam yang memiliki kesan yang melegenda di UI ini, khususnya untuk FISIP dan FIB kemudian RASA dari mie ini membuat saya bertanya-tanya sendiri, seperti apakah rasanya?. Pertanyaan tersebut menjadi misteri untuk saya setiap melintas di depan gerobak mie ayam itu sambil melihat ramainya orang yang mengantri dan sibuknya penjual mie tersebut memasak. Terus kenapa tidak kau coba saja anak muda?? sudah malas duluan rasanya kalau harus antri seramai itu. Pernah pada suatu hari teman saya bernama Bima mengajak untuk makan di sana saat kami akan melintas tapi, semangat kami pun terjun bebas melihat antrian yang ramai haha hashtag gatot.
Pada suatu hari yang terik di bulan April 2018, teman saya Albar dan Syaban mengajak saya untuk makan siang bersama, saya yang kondisinya memang sedang kelaparan menyetujui ajakan Albar walaupun tidak terdengar jelas oleh saya saat tadi dia menyebut nama tempat makan yang akan dituju hahaha, karena intinya saya sedang butuh makan saat itu. Kemudian saat kami melintasi gerobak mie ayam sengketa langkah kaki kedua teman saya berhenti, saya pun mengikuti dan baru saya sadar saat itu jadi ternyata ini adalah tempat yang dituju haha, saya menoleh sekitar dan tampaknya memang sudah saatnya saya mencoba mie ayam ini karena sepertinya mendapat dukungan dari semesta melihat antrian yang sedang tidak seramai biasanya haha akhirnya saya dapat mengahiri pikiran saya yang sudah lejar mempertanyakan rasa masakan ini.
Pada saat tiba giliran kami bertiga untuk memesan saya persilahkan si Albar untuk memesan terlebih dahulu, dia memesan mie yamin dengan sangat yakin dan bertanya kepada saya ingin mie ayam atau mie yamin, kemudian saya mengikuti untuk memesan mie yamin karena tampaknyan dia sudah pernah makan mie di sini dan kemungkinan tahu mana yang enak. Menunggu karena makanan kami sedang dimasak saya sempatakan mengambil foto sekitar tempat mie tersebut dijual.
dok. pribadi |
dok. pribadi
dok. pribadi |
Namun sayang sekali saya lupa untuk mengambil gambar kondisi antriannya padahal sedikit waktu berselang tidak lama teman saya Olive datang untuk ikut membeli bersama dengan temannya namun sayang sekali pada saat itu juga antrian kembali bertambah ramai dan saya tidak mau kalau harus beranjak dari posisi saya yang sudah di depan, tidak lama pada saat itu juga pesanan saya, Albar, dan Syaban matang dan kami mencari tempat duduk dan memilih di bawah pohon yang rindang. Beginilah wujud dari mie ayam yamin sengeketa yang saya pesan.
dok.pribadi |
Mie dengan kuah dan topping daun bawang, pangsit goreng dan tentunya potongan ayam yang masih hangat. Saya tambahan sedikit sambal dan kecap, dan bagaimana nih dengan rasanya? aduk dulu lah hehe. Okay sumpitan pertama ya saya makan tidak lupa membaca doa sebelumnya. WOW! jadi gini... ini satu porsinya hanya Rp. 9000 dan porsinya banyak pada saat saya melihat wujudnya saya berasumsi "oh jadi karena tergolong murah dan banyak mungkin bisa laris" tapi enggak! tidak samasekali, Mie yamin yang saya makan ini memang Punya Rasa, jadi kalau kita makan mie ayam kan biasanya rasanya itu kuncinya ada pada kuahnya kan? dan rasa mie nya plain cenderung tawar saja, nah kalau mie ini kuahnya tidak banyak tapi pas dan cenderung lebih kental dan mie nya itu dikelilingi oleh bumbu-bumbu yang sedikit menggumpal warnanya kekuningan jadi mirip seperti sate-sate usus yang dijual ditukang bubur gerobakan dan bumbunya ini terkesan melapisi mie nya.
Bumbu kuningnya itu cukup berminyak, pangsitnya gurih, tingkat kematangan mie nya bagus, dan rasanya itu saat makan mie nya memiliki rasa gurih dan ada rasa manis yang khas yang muncul ditambah lagi dengan rasa dari potongan ayamnya dan ayam yang mereka gunakan ini asli daging ayam tidak memakai campuran protena. Bisa saya bilang ini mie ayam punya rasa khas dan enak dan merupakan mie ayam gerobakan terenak yang pernah saya makan dan menurut saya rasanya seperti makan mie ayam di kios bahkan rasanya lebih berbumbu dan khas. Kalau di jual di dekat rumah dan saya lagi ingin makan mie ayam, sepertinya mie ayam ini yang akan saya cari untuk dibeli karena di dekat rumah saya belum ada yang seenak ini dan harganya lebih murah pula haha, tapi sepertinya akan lebih enak kalau mereka menyajikan pangsit rebus dan jamur juga sebagai alternatif pilihan.
Sampailah pada sumpitan terakhir, saya benar-benar menikmati sampai suapan terakhir rasanya yummy dan bahan-bahannya juga terasa masih fresh karena kan ada ya biasanya pangsit dan sayurannya sudah tidak segar rasanya, tapi ini tidak sama sekali dan buat yang suka dengan mie ayam atau sejenisnya boleh kalian coba karena ini recommended. Akhirnya saya kembalikan mangkok ke penjual dan jangan lupa untuk bayar, sekalian pamit dengan teman saya yang tadi bernama Olive yang sedang berdiri masih dalam antrian dan sedikit mengeluh hahaha, padahal saat makan saya santai loh dan sambil berbincang-bincang, nah kebayangkan bagaimana ramainnya? tapi ya worth it kok dengan rasa yang akan menari di atas lidah nanti. Okay terimakasih sudah membaca, sampai ketemu di artikel makan-makan selanjutnya ya 😆
- Raster Affandi -
twitter: @RasterAffandi
instagram: @rasteraffandi
Comments
Post a Comment